<next> Setelah berkuliah di IPB, Hari-hariku
cukup sering dibimbangi oleh keinginan meringankan beban orang tuaku. Akhirnya,
keinginan itu meluap dan memicu syaraf-syaraf motorikku untuk bergerak
mewujudkan keinginan yang telah lama terpendam di bunker hatiku. Sepulang dari kuliah olahraga, aku putuskan untuk
bekerjasama dengan tukang roti di Bara dengan kesepakatan bahwa aku akan
menjual rotinya ke teman-temanku dan jika rotinya tidak habis akan dikembalikan
kepadanya.
Pasca kesepakatan itu, aku
memulainya dengan membawa satu kotak roti yang berisi lima belas buah roti. Alhamdulillaah, ajaib, roti itu habis
dalam waktu singkat! Secara perlahan aku tingkatkan jumlah barang daganganku
hingga penghasilanku mencapai lebih dari tiga ratus ribu dalam sebulan. Tanpa
sadar, ternyata aku menjadi inspirator bagi teman-temanku berjualan di asrama. Akhirnya,
berangsur-angsur pedagang di asrama semakin banyak dan dagangannya pun
bermacam-macam. Dasar IPB, entrepreneurship banget.
Kenikmatan itu berlangsung selama
kurang lebih empat bulan, setelah itu ujian menghadangku. Roti yang aku jual
tersaingi oleh beragam dagangan yang dijual teman-temanku, ada donat, risol,
molen raksasa, dan lainnya. Berulang kali aku ganti barang dagangan,
penghasilanku tidak kunjung membaik. Aku mencoba mencari ide alternatif usaha
lain. Hingga pada suatu hari, ada pengumuman pendaftaran beasiswa BBM dan aku mendaftarkan diri. Alhamdulillaah, diterima. Bukan main senangnya saat itu. Aku
menjadi semakin yakin bahwa Alloh memang Maha Mengetahui jeritan hati setiap
makhlukNYA.
Besarnya beasiswa BBM setiap
bulannya sebesar Rp 450.000. Awalnya aku berpikir bahwa uang beasiswa akan
turun setiap bulan, tapi ternyata uang beasiswa BBM diberikan dengan cara
dirapel atau diakhirkan.
Enam bulan setelah OR beasiswa
BBM, aku mendapatkan sms sebaran yang berisikan OR Beastudi Etos untuk satu
orang. Aku terkejut. “Ini kan beasiswa yang waktu itu ingin aku ikuti, masih
bisa ikut ga ya? Coba dah..”gumamku.
Kebetulan tetangga kamarku di
asrama TPB, Andri, anak Etos juga. Aku mulai menyelidiki, mencari tahu segala
tentang Etos. Beberapa hari kemudian aku azamkan diri untuk mendaftarkan diriku ke sana setelah terpenuhi
semua persyaratannya.
Saat wawancara, kira-kira ada
lebih dari sepuluh peserta yang mendaftar. Aku berusaha seoptimal mungkin untuk
lulus dari semua rangkaian seleksi. Masyaa
Alloh, aku diterima. Pengumumannya di bulan Pebruari, awal semester dua, tapi salah satu syaratnya adalah tidak mendapatkan
beasiswa lain, akhirnya beasiswa BBM aku lepas dengan semua pengalamannya.
Sebelum dinyatakan diterima, aku
disuruh oleh orang terakhir yang mewawancaraiku
untuk menginap di asetra yang pada saat itu penghuninya sedang liburan, orang itu adalah Mas Budi, Koordinator Etos Wilayah Bogor. Aku disuruh
menginap karena aku datang langsung dari Tangerang untuk wawancara terakhirku
yang dilakukan di sore hari sehingga tidak mungkin untuk langsung pulang lagi ke
Tangerang. Di awal keberangkatanku ke Bogor, aku sempat berpikir setelah wawancara
nanti aku akan menginap di Asrama TPB, tapi ternyata Alloh punya rencana lain
yang jauh lebih indah, aku disuruh menginap di Asrama Etos. Alhamdulillaah. Ah, seru sekali.
Sekali lagi keyakinanku kepada
Alloh bertambah dengan diterimanya aku sebagai Etoser, sebutan bagi penerima
Beastudi Etos. Hal yang membuatku takjub kepada Alloh adalah dikabulkannya
doaku oleh Beliau. Dulu, aku menyampaikan sederet doa kepada Alloh dengan penuh
harap dan agak sedikit memaksa. Kira-kira seperti ini doanya;
“Duhai Alloh Yang Maha Baik, aku
ingin sekali membantu meringankan beban kedua orang tuaku. Aku ingin agar
adikku bisa melanjutkan sekolahnya ke pesantren tahfidz. Tolong yaa Alloh, yaa
‘Aziiz, tolong berikan aku beasiswa di awal semester dua, dan tolong berikan
aku tempat tinggal yang murah dan berkualitas agar orang tuaku tidak terbebani
dalam membiayai kuliahku dan pesantren adikku nantinya. Aku mohon dengan sangat yaa Alloh..”
Sekarang aku sudah di Etos. Aku
merasa sangat beruntung bisa tinggal di asrama Etos kampus
IPB karena Etos merupakan beasiswa yang tidak hanya sekedar memberikan beasiswa
finansial semata, tapi sangat mengutamakan pembentukan SDM yang berkualitas.
Hasilnya, penerima manfaat beastudi Etos (Etoser) menjadi aktivis yang hampir selalu menempati jabatan strategis di suatu
organisasi kampus atau kepanitiaan.
Inilah buah dari penantianku, tangisku, dan doa serta harapanku juga orang-orang yang ada di sekitarku selama ini. Aku bahagia telah menjadi bagian dari keluarga besar Etoser karena bagiku, Etos bagaikan sebuah
aquarium yang ditata indah menggunakan teknik aquascape. Ikan-ikan, bebatuan,
tanaman air, dan air yang jernih, disatukan agar berkolaborasi dan saling mengindahkan
satu sama lain, membentuk pemandangan yang indah, suasana yang tenang, nyaman, dan damai. Tidak heran,
orang-orang di luar yang melihatnya berdecak kagum penuh pujian, bahkan ingin
turut merasakan suasana di dalamnya. Tapi sesungguhnya, segala bentuk pujian
dan ibadah hanya untuk Engkau, duhai Alloh Yang Maha Bijaksana, Maha Perkasa,
Maha Hebat, Maha Indah, lagi Maha Membulak-balikkan segala keadaan. Semua itu
tidak bisa terwujud melainkan dengan izin Alloh, Sang Pemilik Semesta Raya. Satu permohonanku, Tolong
bantu aku yaa Alloh, agar mampu menjadi salah satu bagian yang bisa
mengindahkan aquarium ini sampai suatu hari nanti. Aamiin..
0 komentar :
Posting Komentar