Jumat, 20 April 2012

Setiap kepingan waktu adalah momentum. Semua fasenya adalah kesempatan yang tidak akan pernah kembali dalam kondisi yang sama. Masing-masing punya karakter dan fungsi yang berbeda. Hari jumat pekan ini, pasti berbeda dengan hari Jumat pekan lalu. Hari Senin kemarin, tidak akan sama dengan hari Senin sekarang. Walaupun namanya sama-sama hari Jumat dan Senin.
Kepingan-kepingan waktu tidak cukup diartikan sebagai akumulasi detik, menit, jam, atau satuan waktu lainnya. Lebih dari itu, waktu ibarat momentum, sejenis pelontar yang akan melecutkan diri kita ke puncak prestasi atau malah menjatuhkan kita ke kubangan kegagalan, tergantung kepandaian kita menyikapinya..
Jika waktu ibarat momentum, maka sebenarnya ia tidak terletak pada saat-saat tertentu saja, Momentum hidup kita tidak hanya terjadi saat peringatan tanggal kelahiran kita, menerima gajian bulanan, kenaikan kelas, wisuda,  atau saat datang hari raya, melainkan seluruh perjalanannya merupakan momentum hidup yang tidak akan terulang sama persis seperti sebelumnya, makan, bernafas, berjalan kaki, bahkan beristirahat merupakan beberapa contohnya. Begitulah hidup, setiap periodenya memiliki berjuta momentum yang terlalu berharga untuk ditinggalkan.
Kalau ingin tahu seberapa berharganya setiap potongan kecil waktu, tanyakan pada pengendara motor yang nyaris tewas ditabrak truk berkecepatan tinggi. Detik-detik yang dilaluinya saat itu menjadi momentum yang sangat menentukan keberlanjutan hidupnya. Maka detik-detik itulah yang menjadi nyawanya. Selain itu, tanyakan juga pada siswa SMA yang tidak lulus Ujian Nasional. Tiga tahun masa SMA yang dilaluinya seperti tidak berarti karena kelulusannya hanya ditentukan oleh enam jam waktu total Ujian Nasional yang terdiri dari tiga mata pelajaran. Dengan itu, enam jam itu menjadi terasa sangat berharga, melebihi timbunan emas di kamarnya. Enam jam itulah momentumnya.
Setiap gerak waktu memiliki catatan nilainya sendiri dalam pandangan Alloh Yang Maha Memperhatikan. Alloh tidak hanya menitikberatkan penilaianNYA pada karya yang tercipta pada suatu masa, tapi juga dari sisi pemanfaatan setiap momen yang disuguhkanNYA, seberapa mampu kita tidak menyia-nyiakannya. Maka dengan itu, kita dapat memahami, mengapa Rosululloh SAW sangat mewanti-wanti umatnya agar pandai dalam mengelola waktu; “Tidak akan melangkah kedua kaki seorang hamba pada hari Kiamat hingga ditanya empat perkara. Usianya, untuk apa ia habiskan. Masa mudanya, bagaimana ia habiskan. Hartanya, darimana didapatkannya dan pada jalan apa dikeluarkannya. Serta Ilmunya, apa yang telah ia perbuat dengannya”. (HR. Al-Bazzar dan Thabrani).


Part 1...

0 komentar :

Posting Komentar