Setiap kepingan waktu adalah momentum. Semua fasenya adalah
kesempatan yang tidak akan pernah kembali dalam kondisi yang sama.
Masing-masing punya karakter dan fungsi yang berbeda. Hari jumat pekan ini,
pasti berbeda dengan hari Jumat pekan lalu. Hari Senin kemarin, tidak akan sama
dengan hari Senin sekarang. Walaupun namanya sama-sama hari Jumat dan Senin.
Kepingan-kepingan waktu tidak cukup diartikan sebagai
akumulasi detik, menit, jam, atau satuan waktu lainnya. Lebih dari itu, waktu
ibarat momentum, sejenis pelontar yang akan melecutkan diri kita ke puncak
prestasi atau malah menjatuhkan kita ke kubangan kegagalan, tergantung kepandaian
kita menyikapinya..
Jika waktu ibarat momentum, maka sebenarnya ia tidak
terletak pada saat-saat tertentu saja, Momentum hidup kita tidak hanya terjadi
saat peringatan tanggal kelahiran kita, menerima gajian bulanan, kenaikan
kelas, wisuda, atau saat datang hari
raya, melainkan seluruh perjalanannya merupakan momentum hidup yang tidak akan
terulang sama persis seperti sebelumnya, makan, bernafas, berjalan kaki, bahkan
beristirahat merupakan beberapa contohnya. Begitulah hidup, setiap periodenya
memiliki berjuta momentum yang terlalu berharga untuk ditinggalkan.
Kalau ingin tahu seberapa berharganya setiap potongan kecil
waktu, tanyakan pada pengendara motor yang nyaris tewas ditabrak truk berkecepatan
tinggi. Detik-detik yang dilaluinya saat itu menjadi momentum yang sangat
menentukan keberlanjutan hidupnya. Maka detik-detik itulah yang menjadi
nyawanya. Selain itu, tanyakan juga pada siswa SMA yang tidak lulus Ujian
Nasional. Tiga tahun masa SMA yang dilaluinya seperti tidak berarti karena kelulusannya
hanya ditentukan oleh enam jam waktu total Ujian Nasional yang terdiri dari
tiga mata pelajaran. Dengan itu, enam jam itu menjadi terasa sangat berharga,
melebihi timbunan emas di kamarnya. Enam jam itulah momentumnya.
Setiap gerak waktu memiliki catatan nilainya sendiri dalam
pandangan Alloh Yang Maha Memperhatikan. Alloh tidak hanya menitikberatkan penilaianNYA
pada karya yang tercipta pada suatu masa, tapi juga dari sisi pemanfaatan
setiap momen yang disuguhkanNYA, seberapa mampu kita tidak menyia-nyiakannya.
Maka dengan itu, kita dapat memahami, mengapa Rosululloh SAW sangat mewanti-wanti
umatnya agar pandai dalam mengelola waktu; “Tidak akan
melangkah kedua kaki seorang hamba pada hari Kiamat hingga ditanya empat
perkara. Usianya, untuk apa ia habiskan. Masa mudanya, bagaimana ia habiskan.
Hartanya, darimana didapatkannya dan pada jalan apa dikeluarkannya. Serta
Ilmunya, apa yang telah ia perbuat dengannya”. (HR. Al-Bazzar dan Thabrani).
Part 1...
0 komentar :
Posting Komentar