Alhamdulillaah. Kereen. Di penghujung
tahun 2012 ini, ane mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari kucing. Ya,
kucing. K-U-C-I-N-G. Ane dibuat terkesima dengan perilaku hewan yang satu ini. Memang,
ia hanyalah makhluk dengan insting, tanpa akal. Namun, lebih dari itu, ternyata
tanpa disadari ia memberikan banyak pelajaran berharga tentang hidup kepada orang2
yang berakal dan mau memperhatikan. Mereka mengajarkan kita tentang kekuasaan,
pertahanan hidup, dan cinta. Setidaknya, itulah yang ane dapatkan selama sekian
waktu penelitian. Hehe.. bukan penelitian yang serius ko, jadi ga ada
laporannya.
Seringkali banyak di antara kita
yang tak mempedulikan kucing2 di sekitar kita. Jangankan sekadar memberinya
makan, parahnya, ada yang tega menyakitinya. Alih-alih untuk kebaikan, ternyata
cara yang digunakan adalah mengusirnya dengan bentakan yang orang pun bisa
sampai kecut nyalinya, menendangnya sepenuh jiwa, melemparnya tanpa pamrih -loh?-
, menyiramnya dengan air panas hingga kulit arinya terlihat jelas dan bulu2nya
tak dapat tumbuh lagi. Bahkan ada yang sampai membungkusnya dengan karung atau dimasukkan
ke dalam kotak, lalu membuangnya di suatu daerah antah berantah yang dingin, sepi,
tanpa makanan, tempat tinggal, apalagi sanak saudara. Ckckck.. kasihan yah. Percaya
atau tidak, Itu semua dilakukan tanpa ada perasaan bersalah sedikit pun. Bukan main!
Ngeri banget ga sih..
Oke, back to main topic. Maaf,
openingnya kepanjangan. Jadi gini, beberapa waktu yang lalu, kalau ga salah –berarti
bener-, tanggal 24 Desember 2012, ane dikejutkan dengan perilaku setubuh kucing
(ga enak kalau Cuma nyebut ekornya aja) yang sudah memiliki 2 anak (1 anak
kandung berwarna loreng dan 1 anak tiri berwarna oranye, nanti ane ceritain). Saat
itu, entah darimana datangnya, ada seekor anak kucing berwarna putih yang
mungil, imut, lucu, tapi agak belekan, nyelonong
masuk ke dalam Asetra Bogor (Asrama Etos Putra). Tanpa permisi, apalagi ngetok
pintu dan ngucapin salam. Parah beud, dasar kucing ga punya akal. Datang tak
dijemput, pulang tak diantar –emang jailangkung?-.
Hebatnya, kucing putih nan mungil
tapi agak belekan itu datang sendirian tanpa ada yang mengantar. Bayangkan,
betapa dia harus menempuh risiko dengan melewati jalan raya Bateng yang padat
tengkurep karena banyaknya kendaraan yang lalu lalang, selain itu ia pasti menghirup
asap kendaraan (gas CO) yang beracun,
dan ditambah lagi ancaman pelecehan atau pembunuhan dari kucing2 jalanan garang
yang siap menerkam kapan pun. Ah, mengerikan sekali, sekaligus kasihan. Alhamdulillah,
Alloh telah menemaninya melewati semua itu hingga akhirnya ia tiba di Asetra.
Saat itu, ane lagi asyik
mengerjakan proyek gambar tim puskomnas dan tiba2 kucing itu datang
menghampiri. Sekilas, ia nampak imut dan cantik dengan tubuh kecil dan warna
putih polosnya. Namun, perasaan kagum itu langsung terhapuskan oleh sebongkah
pertanyaan dalam benak ane, “eh, itu kucing darimana?”. Daripada bingung, langsung
saja ane tanyakan pada penghuni Asetra yang saat itu ada di dekat ane. Tepat
seperti dugaan ane, mereka bilang bahwa kucing kecil itu datang dari suatu
daerah antah berantah. Tak puas dengan jawaban saudara2ku tadi, khayalku pun melayang,
mencari beragam hipotesis2 yang mungkin bisa menjawab rasa penasaranku.
Hmm, mungkinkah ia titisan dari
langit untuk menjaga Asetra? Atau mungkin ia turun sebagai ujian kesabaran dari
Alloh bagi para penghuni Asetra? Atau jangan2 ibu kucing kecil itu sengaja
membawa anaknya ke Asetra karena kondisi ekoniminya tak memungkinkan lagi untuk
merawatnya, sehingga ia kabur secara diam2 secepat cahaya, meninggalkan anaknya
yang putih polos itu sendirian tanpa teman? Atau mungkin kucing kecil itu
sengaja kabur karena tak tahan dengan sikap orang tuanya yang kerap
menyiksanya, mencaci-maki dirinya, dan menyudutkannya dengan kata2 kasar? Entahlah.
–ko terasa agak aneh ya, hehe-
Nah,ini nih yang bikin ane kagum,
terpukau, dan terenyuh. Tak disangka, kucing putih polos tadi diizinkan menyusu oleh ibu
kucing beranak kandung 1 yang telah lama tinggal di Asetra!! Luarbiasa. Sekadar
kalian tahu, sebelum kucing kecil yang berwarna putih polos itu datang, ada
seekor anak kucing berwarna oranye yang asal usulnya sama seperti anak kucing
putih itu dan ia juga diizinkan menyusu pada ibu kucing itu. kini ia menjadi
anak ke-2 ibu itu dengan status anak tiri (seperti yg disebutkan diawal). Hmm, subhanalloh. Keren kan?? Entahlah,
apa yang menjadi pertimbangan ibu kucing beranak satu itu sehingga mau menerima
kedua anak kucing liar itu. Hebatnya, sama sekali tak ada diskriminasi dari ibu kucing. Yang
ada malah anak kucing sebatang kara tadi dijilati oleh ibu kucing, pertanda
bahwa ia disayang dan resmi diterima sebagai anaknya yang ke-3 dengan status
anak tiri. kaka2nya pun tak mendeskreditkannya, atau pun mengucilkannya. Sesekali
mereka bermain bersama, cakar-cakaran, kejar-kejaran, dan aktifitas bermain
lainnya. Senang rasanya melihat si anak kucing kecil putih tadi diterima dengan
lapang dada oleh keluarga kucing Asetra. Indahnya, persaudaraan itu. Mahasuci Alloh Yang telah mengaruniakan kepada makhluk hidupNya rasa kasih dan sayang.
Pembaca yang budiman, setidaknya dari sepenggal kisah tadi, ada
pelajaran berharga yang bisa kita petik untuk kemudian diaplikasikan dalam
kehidupan nyata kita. Ibu kucing tadi mengajarkan kita bahwa dalam memberikan kasih sayang tak boleh ada
perbedaan, bahkan walaupun ia tampak berbeda dengan yang lain. Jangan sampai
keegoisan membutakan mata perikemanusiaan yang ada dalam lubuk hati kita.
jangan sampai penilaian kita yang sempit, menjadikan kita tega untuk tidak
optimal dalam menyayangi. Menyayangi ayah, ibu, anak, istri, atau saudara2 kita.
Teruslah berpikir positif agar tak ada pertimbangan2 yang sengaja diada2kan
dalam benak kita yang kerap menggoyahkan niat baik kita. Ketika timbul prasangka2 negatif, segera timbun dengan 1001 alasan positif yang bisa menenangkan hati ini. Boleh jadi ia jelek menurut kita, tapi indah, mempesona, atau
mulia di hadapan Sang Pencipta, Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Boleh jadi, ia terlihat bodoh di mata kita, tapi ternyata ia menempati derajat yang jauh lebih tinggi daripada kita di hadapan Alloh karena kerendahhatiannya.
Ada satu hadits yang mungkin bisa
menjadi inspirasi kita dalam menyayangi, tapi maaf ane lupa redaksi haditsnya
yang lengkap. Intinya adalah Rolululloh pernah berpesan, “sayangilah yang ada
di bumi, maka penduduk langit akan menyayangimu.”
bagi pecinta kucing, lanjutkan rasa cintamu. Bagi yang belum cinta, maka belajarlah untuk mencintainya, minimal tidak menendang atau memukulnya ketika ia datang menghampiri kita yang sedang makan. Ingat, cinta adalah kata kerja, tidak pasif. Maka berusahalah untuk mencintainya.
si fitri..
BalasHapus