Sabtu, 25 Agustus 2012

     Episode berkesan selanjutnya dari liburan ane adalah ane pulang dari IPB ke Tangerang naik sepeda. Sepeda yang ane pake adalah sepeda gunung warna hijau merk United. Btw, ane punya panggilan sayang untuk dia yaitu Uni (jadi inget orang Padang). Ini nih yang baru dari hidup ane, mengayuh sepeda sampai Tangerang. Kayanya udah setahun ane nyimpen mimpi ini dalam brankas imajinasi ane hingga akhirnya Alloh mewujudkannya.
    Setelah melewati proses perenungan dan peyakinan yang panjang, akhirnya ane putuskan pada tanggal 11 Agustus 2012 berangkat menuju Tangerang dengan menunggangi si Uni. Sama sekali tak terbersit dalam benak ane tentang ibadah puasa yang sedang ane jalani. “Ah, cuma ke Tangerang doang, deket ko. Puasa ga boleh dianggap sebagai sesuatu yang memberatkan apalagi melemahkan. Gue mau buktiin semua itu. Toh, selama ini, setiap pekan gue ke bukit Cimanggu naek sepeda, Alhamdulillah kuat2 aja, walaupun lagi puasa. Tinggal azzam (tekad) gue yang kudu dikuatin. Bismillaah, kebanyakan mikir malah ga jadi2 nanti” kira-kira inilah upaya ane meyakinkan hati yang menggalau.
      Sekitar jam 1 siang kurang, setelah sholat dzuhur di masjid Al Wustho, tilawah, dan berpamitan dengan penghuni Asrama Etos Putra Bogor tercinta, ane berangkat. Kostum yang ane pake waktu berangkat tuh, baju olahraga IPB 47 lengan panjang dengan bawahan selana training bergaris oranye, juga tak lupa satu kaos di kepala yang ane modelin kayak ninja, sebagai masker. Kereen, nyentrik abis dah, ane jadi pusat perhatian di jalanan, haha. Ane juga bawa tas ransel merk Avtech berwarna hijau pudar, tas termahal yang sampe saat ini ane punya. Isi tasnya tak banyak, hanya beberapa pakaian, laptop, modem, sapu tangan, pulpen, pensil, penghapus, buku-buku, kalkulator, nametag kepanitiaan SALAM ISC, charger HP dan laptop, serta sampah-sampah yang lupa dibuang –ups-.
      Bersama kayuhan awal, ane gumamkan dalam hati, “Bismillaah, Tolong berikan aku kemampuan dan kemudahan dalam perjalananku ini yaa Alloh. Aku yakin bahwa hanya Engkau yang bisa memberikan aku kekuatan karena memang hanya Engkau Yang kuat. Selamatkan aku hingga tempat tujuanku yaa Alloh” kalau ga salah itulah sebaris harapan ane kepada Alloh. Kemudian dilanjutkan dengan membaca “Subhaanalladzii sakhkhorolanaa haa dzaa wa maa kunnaa lahuu muqriniina wa innaa ilaa robbinaa la munqolibuun (Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami)”.
.Dalam perjalanan, ane bisa merasakan semangat dan keikhlasan si Uni. Setiap kali ane mengayuh pedalnya, Uni seperti bilang, “ayo, Go! Terus.. lo bukan cowo payah kan? Kita taklukkan jalan ini. Ini semua ga ada apa2nya dibandingkan dengan perjuangan orang2 yg menggadaikan dirinya kpd Alloh di jalan dakwah. Buktiin kalo lo pun punya semangat juang yang tinggi, ga lemah.”
     “Tunggu Kiki (nama kesayangan Ego di rumah) ya mah, pak, Milga. Kehadiran Kiki bersama si Uni akan jadi special surprise untk kalian.” Kata-kata inilah yang menjadi salah satu bahan bakar ane selama dalam perjalanan.
     Ketika ane lelah dan bosan, ane berteriak, “ALLOOHU AKBAR!!!” maka seketika itu juga diri ane seolah melebur bersama si Uni menjadi pesawat jet berbahan bakar nuklir, cepat dan tak terhentikan. Dengan suntikan  energy baru ini, ane lewati setiap kendaraan yang menghalangi pandangan ane. Ane kerahkan segenap daya otak dan otot untuk menyelip di antara 2 mobil, naik ke trotoar, bahkan balapan dengan truk layaknya seorang bikers professional. Beberapa kali ane coba mengejar truk agar bisa berpegangan di baknya, tapi malah diomelin. Lambaian tangan co-driver yang menggebu, menyadarkan ane bahwa dia ga rela dipegang-pegang kendaraannya. “Wuh..”gerutu ane dalam hati. Tapi, sebelum suudzonisasi ini bertambah parah, ane segera netralkan hati ane dengan husnudzon bahwa mungkin sopir dan temannya itu tak mau membahayakan ane.
     Beberapa kali ane singgah ke masjid ketika adzan Ashar, Maghrib, dan ‘Isya. Hal ini bukan karena ane capek, melainkan karena ane sedang belajar menyayangi dan menghormati Alloh dengan sholat tepat waktu tanpa satu rakaat pun yang terlewat. Ane memperoleh pelajaran ini dari Ustadz Yusuf Mansyur ketika ane dengerin rekaman ceramahnya di Sekret SALAM ISC IPB dan ini hikmah lain dari keterlibatan ane di SALAM ISC IPB. Ane tersadar, bagaimana kita mau disayang dan segera dipenuhi kebutuhannya oleh Alloh, jika kitanya saja malas untuk memenuhi panggilannya (sholat)? Layaknya seorang majikan yang memanggil pembantunya tapi pembantu itu malas datang. Maka, betapa marahnya si majikan itu, ya kan? Terlebih ane yang selama ini berkutat di organisasi dakwah kampus. Bagaimana mungkin ane bisa sukses menyeru orang-orang kepada Alloh, jikalau ane-nya aja males memenuhi seruan Alloh melalui muadzinNYA? Alloh tak akan ridho dengan kerja dakwah ane kalau ane males atau dengan entengnya meninggalkan seruan sholat. Ane sangat menyayangkan ketika ada orang yang rela menunda sholat hanya karena syuro(rapat, red). Ane pikir tuh syuro ga bakalan diberkahi oleh Alloh. Na’udzubillaah.
      Putaran roda sepeda ane akhirnya terhenti kira2 pada jam 20.20 di depan sebuah rumah yang tembok dan pagarnya berwarna hijau pucuk daun. Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di tempat ini sedari jam 13 siang ane berangkat. Senang rasanya. Tapi yang jauh lebih menyenangkan adalah ketika kehadiran ane disambut dengan suka cita plus wajah keheranan adik ane dan teman-temannya yang sedang bermain di depan rumah ini. Dengan wajah sumringah mereka menyalami tangan ane sambil bertanya, “Mas Kiki, mas dari IPB naik sepeda??” mendengar kicauan mereka ini, ane cuma senyum dan bilang Alhamdulillaah. Selain itu, mereka juga memberondong ane dengan permintaan yang ga ane duga sebelumnya, “Mas, mas, besok sore ngaji ya mas..” beuh, adem bener pas ane denger itu.
       Tapi ternyata, keesokan harinya, usai sholat shubuh mereka minta diajarin ngaji. Yaudah, ane layani. Saluut banget ane sama semangat mereka. Ini nih yang selama ini ane idam-idamkan. Ah, alhamdulillaah makasih yaa Alloh.
      Rumah ini udah ga asing lagi buat ane. Tempat dimana ane ditempa habis-habisan hingga akhirnya ane berhasil menjadi pelajar yang bisa masuk PTN terbaik ke-4 di negeri ini, IPB. Di depan rumah ini ada pohon mangga berukuran gede yang ane ga tau jenis mangga apa itu. Buahnya tuh bergerombol dengan ukuran relatif kecil jika dibandingkan dengan mangga jenis harum manis. Nah, ini nih rumah ane, cukup tipe 21, ga usah gede-gede, kan yang tinggal di sini cuma ane, Ayah, Ibu, sama adik ane (Milga). Sederhana sih, tapi sangat menyejukkan. Kalo lo mau main, sangat dibolehkan. Dateng aja ke jalan Serayu 2 No. 6, Pondok Indah, Kutabumi, Pasarkemis, Tangerang. Deket ko, cuma sekitar 2 jam kalo naik motor Supra biasa berwarna hijau keluaran 2002 atau sekitar 4 jam kalo lo fokus naik sepeda gunung merk United berwarna hijau. Bisa juga naik kereta Bogor-Duri, tapi lo mesti ke stasiun Bogor dulu naik angkot jurusan terminal Laladon (Angkot Kampus Dalam atau Ciomas) kemudian dilanjutin naik angkot ke stasiun Bogor. Udah sampe stasiun Duri, naik kereta jurusan Tangerang dan angkot jurusan Kutabumi. Kalo udah sampe, tinggal naik dan tanya tukang becak alamat rumah ane tadi. Eh, jangan lupa bayar ya, kasih bayaran lebih kalo bisa:)
***
Syukron so much udah baca secuil kisah hidup ane. Silahkan petik hikmahnya sendiri, Semoga petualangan ane ini memberikan lo inspirasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi... Do something new, akh, ukh, bro, sist!!!

1 komentar :

  1. wah keren keren.. vada aja ke tangerang naik motor (kalo dijemput) capek banget duduknya atau naik bus pusaka aja sampek kehabisan gaya tidur, ego malah naik sepeda haha semangat dah :D

    BalasHapus