Rapat Pimpinan Nasional Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus Indonesia
Mimpi yang Tergantikan, Universitas Negeri Sebelas Maret-Solo.
This is featured post 3 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
Minggu, 22 Juli 2012
06.29
EPranS
Pada suatu sore
yang cerah, terlihat dua orang yang sedang duduk-duduk di depan ruangan pinus 2,
membahas konsep acara semarak Muharram untuk departemen tempat mereka kuliah.
Mereka adalah Febri dan Hikmah. Keduanya ingin membuat acara penyambutan tahun
baru Islam yang heboh, kreatif, unik, dan menarik agar semakin banyak orang yang
tahu bahwa Islam juga punya tahun baru yang lebih istimewa.
Tanpa diduga,
muncul seorang cowok menuruni anak tangga satu per satu dari ruang Pinus 1,
melewati mereka tanpa permisi. Rambutnya gondrong bergelombang sebahu.
Pakaiannya lumayan trendi; kaos putih merk Dagadu di balut sweater abu-abu merk
Quicksilver dan tak lupa celana jeans tipe pensil (dari atas ke bawah semakin
mengecil). Lengan kirinya terkalungkan 5 buah gelang rotan bermotif batik.
Sedangkan lengan kanannya menyangga tas ransel usangnya yang penuh dengan
coretan spidol, di bahunya. Mahasiswa
mode on. Bahkan beberapa kalung yang tersusun dari biji-bijian berwarna
coklat pekat menggantung di lehernya.
Melihat cowok
tadi, Febri nyeletuk, “Eh, si ikhwan lewat tuh!”
Dengan mimik
wajah agak shock, sambil
mengernyitkan dahi Hikmah membalas celetukan Febri, “Ikhwan? Are you sure? Nggak
salah?”
“Ye.. Beneran
Hikmah. Dia itu ikhwan” tegas Febri berusaha meyakinkan Hikmah.
“Ga percaya!
Masa sih ikhwan kaya gitu? Ikhwan tuh kaya Kak Angga. Suka pake kemeja, celana
bahan, dan sering ngisi pengajian. Rambutnya klimis berjenggot tipis. Rapi. Nggak
kaya cowok barusan. Kalo dia mah bukan ikhwan, tapi bakwan.”jawab Hikmah dengan
tegas.
“Ko ngeyel sih?
Dia itu beneran ikhwan..” Febri tetep ngotot sepenuh jiwa.
“Ikhwan funky
kali ya? Ckckck. Zaman memang sudah mengubah ikhwan menjadi makhluk trendy,
rupanya. Masa sih kelakuan ikhwan sudah kaya cowok yang suka jalan2 ke mall
atau nge-hedon gitu? Setahu Hikmah, ikhwan yang dulu tuh doyan banget diskusi
atau ngumpul2 dalam acara kajian Islam.” Seru Hikmah dengan mimik wajah
keheranan.
Febri geleng2 sambil
garuk2 kepala. “Hikmah.Hikmah.. kamu ternyata salah paham sama ikhwan yang aku
maksud. Pantesan dari tadi aku ngerasa kita ga nyambung. Orang yang tadi lewat
tuh emang beneran ikhwan. Ikhwan Jaenuddin, anaknya Bapak Asep Jaenudin, yang
katanya juragan kambing Ettawa itu loh..”
Mendengar
kata-kata Febri, Hikmah terkejut dan melongo. Dirinya seperti lilin yang lumer
dibakar api. Wajahnya merah padam kayak kepiting rebus. Malu karena dia sudah
ngotot sepenuh jiwa, padahal dia salah. Di samping Hikmah, Febri tertawa
terpingkal-pingkal sambil memegangi perutnya. Bahkan matanya sampai berair
karena tak tahan melihat wajah Hikmah yang merah tersipu malu.
Selasa, 17 Juli 2012
22.34
EPranS
Pagi ini aku bangkit dari singgasana tidurku dengan gontai. Aku
usap wajah dan mataku dengan telapak tanganku sembari mencoba mengumpulkan
nyawaku. Setelah terasa sadar, tanpa diperintah, mataku langsung melongok ke
arah jam dinding di kamarku yang sebagian kacanya sudah hilang. Mungkin tak
sengaja terjatuh dan pecah oleh pemiliknya. Dari jarak 4 meter antara tempat
tidurku dengan jam dan sudut 25 derajat penglihatanku, terlihat jam sedang
memberitahuku melalui jarumnya bahwa saat itu pukul 4.35 pagi.
Melihat itu, aku kecewa sesaat kepada diriku yang tak mau
bangun lebih awal agar aku bisa tahajjud. Tapi harapanku terbit ketika belum
ada adzan shubuh yang menggetarkan syaraf2 pendengaranku. “Masih ada kesempatan
untuk sholat tahajjud” pikirku. Segera saja aku beranjak dari tempat tidur
menuju kamar mandi, berharap masih sempat melaksanakan sholat tahajjud. Mumpung
adzan shubuh belum digemakan muadzin.
***
Setelah beberapa halaman Al Quran aku baca tuntas, tubuh ini
serasa diarahkan untuk bangkit ke tempat di mana hape-ku sedang di-charge. Hatiku agak senang dan berdebar
penuh duga melihat ada pemberitahuan bahwa ada 1 pesan yang diterima. Aku pijit
tombol hape-ku, melewati semua birokrasi menuju kotak masuk pesan. Terlihat daftar
nama pengirim sms di dalamnya, tapi yang terbaru adalah pesan dari Ridho, Project Officer SALAM ISC 2012. Saat itu,
Aku belum sadar kalau ternyata sms itu diterima pukul 00:26:59. Tanpa
mempedulikannya, aku langsung membuka sms dari beliau;
“(smntara just for
Salam, blm d iznkn d jarkom k yg lain)
Asslm’alaikum.. kabar
duka menyelimuti kader dakwah IPB.. Akhuna Hendy (GFM47), n Akh Bagus (TMB47)
kecelakaan di Bandung. Skrg sdng d Rawat Inap d RS Hermina Arca Manis. Kbr trakhr
mlm ini kondisi msh blm tw pasti: blm sdrkn dri(ckp parahd bag kpla). Ana n Akh
Fadly otw to RS…”
Sms ini mengagetkanku, bagai teriakan gledek saat hujan
lebat. Ludahku tercekat di tenggorokan ketika membaca sms beliau itu. Mataku tertegun
ketika sampai pada kata “Akhuna Hendy
(GFM47), n Akh Bagus (TMB47) kecelakaan di Bandung.” Aku sempat tak percaya
membaca sms ini. Rasanya menyesakkan. Dalam benakku tergambar mereka sedang
tertawa ceria ko, bukan terkapar
sakit tak sadarkan diri di RS Hermina Arca Manis.
Masih segar dalam bayanganku, Akh Hendy dengan senyumnya
yang khas mengatakan “slow Bang…..” atau
“slow Braay….” setiap kali ada
sesuatu yang mengkhawatirkan yang terucap dari lisan saudaranya. Aku suka cara
kerjanya. Santai tapi beres. Selain itu, kata kaka kelasku yang menghuni Ponpes
Al Inayah, sewaktu kesebelasan Marboth AH bertanding sepak bola melawan kesebelasan
Al Inayah, Hendi menjadi benteng yang kokoh tak terhancurkan bagi kesebelasan
Al Inayah. Mereka merasa kesulitan menyarangkan bola ke gawang Marboth AH. Ah,
mantap kali Bang Hendy ini. Banyak hikmah dari diri ente Bang!
Nah, lain lagi dengan saudaraku yang satu ini. Namanya Bagus.
Aku lupa nama lengkapnya. Setahuku dia anak TMB 47, FATETA. Alhamdulillah,
namanya sebagus fisiknya. Selain itu, Bagus dianugerahi oleh Alloh kemampuan
ber-bitbox, sejenis kemampuan
menirukan bunyi alat musik lain menggunakan mulut. Biasanya, alat musik yang
ditiru dalam teknik bitbox; terompet,
saxophone, DJ, bas atau melodi gitar. Kemampuan ini termasuk jarang dimiliki
orang2 pada umumnya. Kalau ada orang yang tak terlatih memaksa melakukan bitbox ini, dijamin telapak tangannya
akan dibanjiri air mulut (saliva/ludah). Baru-baru ini aku tahu kalau Bagus
tergabung dalam grup Nasyid bersama saudaraku, Reza FEM47. Reza sering cerita
kalau grup nasyidnya sering dapat undangan untuk tampil. Hmm, kapan aku dapat
panggilan untuk tampil konser atau setidaknya presentasi di depan orang banyak
ya? Aku juga ingin berprestasi kaya ente, Akh Bagus.
***
Aku mengelak dari kenyataan ini. Menolak taqdir yang telah
ditetapkanNYA.Tapi akhirnya, aku tersadar. Kun
fa yakuun. Begitulah cara kerja Alloh. Saat Alloh menginginkan sesuatu,
Beliau cukup berkata “kun!” jadilah! Maka
seketika itu juga "fayakuun", terjadilah. Tak ada yang bisa menghalangi apalagi melawan. Apalah
artinya kita di hadapan pencipta alam semesta. Kita hanyalah makhluk lemah yang
tak kuasa melakukan apapun tanpa bantuan Beliau.
Menyadari ini, kelapangan dan
keikhlasan mulai menyusup perlahan ke dalam setiap ruang hatiku yang awalnya disesaki
ketidakpercayaan terhadap kenyataan. Aku tersadar sepenuhnya bahwa kejadian ini
tak akan pernah terjadi kecuali ada sesuatu yang ingin Alloh ajarkan kepada
kita. Alloh menginginkan kita mawas diri, kembali merenungi tingkah kita selama
ini. Apakah kita lebih banyak kebaikannya atau kebusukkannya? Sejauh mana kita ingat kepada Beliau, apakah kita biasa melantunkan doa bepergian, memohon keselamatan untuk perjalanan kita sebelum melangkah pergi?
Tak seperti hari2 biasanya, hari ini terasa ada yang hilang di sekret Salam. Sepi. Canda tawa tak seru seperti biasanya. Tak ada lagi nasyid atau lagu Maher Zain yang biasa dikumandangkan Akh Bagus. Semoga Alloh memberikan kesembuhan dengan segera kepada antum. Akh Hendi, Akh Bagus. syukron sudah mau menjadi perantara Alloh dalam memberikan pelajaran. Cepet balik ya, kita kangen sama antum akh:'(
Senin, 16 Juli 2012
06.01
EPranS
Hujan petang ini membawa ketenangan tersendiri bagi jiwaku yang sedang ringkih.
Hujan petang ini juga mencerahkan pikirku tentang kekuatan ikhlas.
Aku
belajar dari rerumputan bahwa kesabaran dan keikhlasan tidaklah ada
habisnya. Coba lihat rerumputan. Ia menanti dengan sabar jatuhnya air
dari langit. Walaupun sedikit, tetap ia manfaatkan dengan sebaik-baiknya
untuk bertumbuh walaupun hanya untuk satu daun. Ia pun juga ikhlas.
Menerima dengan sepenuh hati takdir ilahi, walaupun derita menghampiri.
Kekeringan, daunnya berguguran, bahkan diinjak-injak sampai ringsek oleh
bocah-bocah yang sedang kecanduan bermain bola. Warna yang awalnya
hijau mencerahkan mata, berganti coklat membosankan, ga keliatan.
Tapi mereka tetap sabar dan ikhlas. Andaikan mereka tak sabar dan
ikhlas, mereka akan memboikot, aksi, bahkan boleh jadi mereka akan mati
dan tak muncul lagi. Kalau sudah begini, mau dikasih makan apa kambing
dan sapi?
Ikhlas dan sabar adalah sepasang
proses yang tiada akhir. Setiap fase membutuhkannya. Sebelum, ketika,
hingga akhir dari ikhtiar yang diperjuangkan. Keduanya saling
melengkapi. Mewarnai kanvas hati hingga seindah pelangi. Dengan
demikian, salah besar jika ada yang mengatakan "kesabaranku ada batasnya".
Itulah perkataan seorang yang lemah. Begitu mudahnya syaithan
menghancurkan perisai kesabaran dalam dirinya. Melumatnya dan
menggantinya dengan nafsu hewani. Na'udzubillah..
Solusinya,
dekati Ilahi (Alloh). Beliau Pemegang kendali atas alam ini. Tapi,
walaupun demikian, Alloh tak semena-mena memberikan takdir kepada
makhlukNYA. Semua telah terukur akurat tanpa galat. Paripurna. Sesuai
dengan kadar kemampuan makhluk ciptaanNYA, tak lebih apalagi kurang
"Get positive thinking, so that Alloh will give all positive thing to you"
Langganan:
Postingan
(
Atom
)