Kamis, 09 Februari 2012

Negara ini terbentang luas pada koordinat 950-1410 BT dan 60-110 LS dan dilintasi untaian garis khatulistiwa sehingga menjadikannya sebagai Negara beriklim tropis dengan tanahnya yang subur dan potensial. Lebih dari itu, ia juga menjadi salah satu sumber keanekaragamanhayati terbesar di dunia serta kaya sumber daya alam dan manusia. Itulah Indonesia, negara dengan sejuta warna eksotis yang khas sehingga membedakannya dari Negara lain. Ia dipandang sebagai Negara biru karena luas laut yang dimilikinya mencakup 2/3 wilayahnya, bahkan ia juga dianggap sebagai Negara yang ramah karena senyum dan sopannya budi pekerti dari manusia yang mendiaminya. Tidaklah berlebihan memuji Indonesia seperti itu karena Indonesia memang laik untuk dipuji disebabkan keunggulan-keunggulannya yang bahkan tidak dimiliki Negara lain. Tapi, tentu saja ini terlepas dari kondisi sosiografisnya yang kurang terpuji karena banyaknya perbuatan tangan-tangan tidak bertanggungjawab sehingga menyebabkan Indonesia terkotori oleh tindakan tercela seperti korupsi yang meraja lela dari kelas paus hingga teri, kekerasan, asusila, pembunuhan, hingga gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia. 
Sebenarnya, jikalau berbicara tentang Indonesia, tidak melulu seputar keburukannya. Rakyat macam apa yang tega menghardik Negara tempat ia bernaung selama ini, mencaci pemerintahan yang sedang berjalan, banyak menuntut tanpa melakukan upaya perbaikan, padahal banyak yang sudah Negara berikan kepadanya. Sejatinya, Masalah-masalah yang ada di Negara ini bukanlah urusan Presiden beserta jajarannya saja, lebih dari itu, rakyat pun harus turut serta menyemarakkan konstruksi positif untuk Negara ini. Rakyat yang baik adalah yang mau memperjuangkan berbagai hal demi perbaikan negaranya.Sudah bukan zamannya lagi demonstrasi tanpa realisasi, mencaci tanpa memberi solusi, atau hanya berharap tanpa berbuat. Inilah saatnya bagi kita semua turun tangan membereskan segala permasalahan di negara tercinta, Indonesia. Setiap lapisan memiliki peran dan setiap bidang pekerjaan memiliki lahan garapan pembangunan.
Guru berperan dalam mendidik dan mengajar generasi-generasi penerus bangsa agar memiliki jiwa intelek dan patriot, dokter berperan dalam menyembuhkan dan menyebarkan doktrin seputar kesehatan kepada masyarakat, bahkan pemulung sampah pun memiliki peran tersendiri, yaitu memilah sampah yang bisa didaur ulang, memisahkan sampah organic dari sampah anorganik, hingga meminimalisasi kuantitas sampah di rumah kita. Teruntuk mahasiswa yang sejatinya memiliki idealisme kenegaraan yang menggebu, seharusnya mereka lebih paham atas hal-hal yang harus dilakukan agar Negara ini bisa sesuai dengan yang dicita-citakan. Mahasiswa adalah innovator sekaligus konstruktor, sehingga tidak bisa hanya dengan demo atau sekedar ikut-ikutan menuntut pemerintah agar melakukan perubahan, sementara dirinya berperilaku sebaliknya, menghancurkan secara perlahan dari dalam lewat perilakunya yang tidak normawi.
Sungguh, Negara ini memerlukan ide-ide brilian yang aplikatif dan solutif untuk menghancurkan belenggu masalah yang telah mengekangnya dari hak asasi selama ratusan tahun. Karenanya, mahasiswa atau kaum intelek pada umumnya berperan memberikan ide-ide kreatifnya sesuai dengan bidang keilmuan yang mereka geluti dan minati dalam rangka menggerakkan roda pembangunan Indonesia tercinta.
Dalam menyelesaikan masalah di Indonesia tidak perlu pusing, yang ditekankan adalah gerak nyata atau aksi, tidak hanya berkoalisi dalam diskusi.
Langkah awal yang wajib ditempuh adalah penyatuan visi seluruh lapisan masyarakat.
Hal ini bertujuan agar tercipta kesinergisan dan kelapangan dada dari semua lapisan, namun mereka pun harus berada dan bergerak dalam satu pergerakan agar berbagai potensi yang terserak mampu terkoordinasi dengan baik, karena dikhawatirkan akan saling menjatuhkan dan menjelekkan satu sama lain bahkan saling jagal jikalau berbeda visi dan pergerakan.
Mengingat permasalahan di Indonesia bukanlah pekerjaan pemerintah saja, maka sebagai warga Negara yang merasa berhutang kepada negeri ini, harus melakukan kontribusi balas budi kepada negeri yang telah melayani. Karenanya, langkah selanjutnya adalah dengan melakukan kontribusi mulai dari diri sendiri. Timbulkan kesadaran bahwa kita harus berbuat baik untuk negeri ini. Tidak perlu menuntut orang lain agar melakukan, tapi tuntutlah diri sendiri agar mau berperan lebih dalam gerakan pembangunan ini. Pelajari berbagai masalah yang ada agar timbul rasa empati dalam diri untuk bergerak memperbaiki negeri ini.
Selanjutnya, langkah yang ke tiga adalah dengan mulai bergerak dari hal kecil yang mampu dilakukan. Lakukan konstruksi positif bagi negeri ini walau dengan tindakan yang mungkin dianggap tidak seberapa, seperti memungut dan membuang sampah pada tempatnya, husnudzon kepada pemerintah, mengawetkan pemakaian barang, dan hal-hal sepele lainnya. Yakinilah bahwa semua dampak yang besar berawal dari tindakan kecil yang seringkali disepelekan. Lebih dari itu, prestasi yang besar hanya bisa dicapai berkat upaya-upaya kecil yang dilakukan secara berkesinambungan.
Terakhir, yang paling penting adalah mulailah gerakan ini sejak saat ini. Jangan menunda kesempatan untuk berkontribusi karena tidak ada yang tahu hingga kapan seseorang bertahan di alam dunia. Penundaan juga mengakibatkan kemalasan untuk melakukan karena masalah semakin menumpuk sehingga butuh penyelesaian yang ekstra. Rosululloh SAW pun menekan hal ini dalam sabdanya yang intinya, “apabila kiamat telah datang dan kamu masih menggenggam(memiliki) benih walaupun sebiji kurma, maka tanamlah
Akhirnya, apabila masing-masing individu mau dan mampu melakukan langkah-langkah tadi, bukan tidak mungkin Indonesia akan mencapai kemakmuran yang selama ini diidam-idamkan. Nantinya akan muncul warna kesejahteraan yang khas di tiap daerah sesuai dengan potensinya. Dunia akan segan kepada Indonesia, tapi yang jauh lebih penting adalah melihat Indonesia bisa tersenyum merekah yang terpancar melalui kerukunan, keadilan, dan kemakmuran dala kehidupan masyarakatnya, persis ketika wilayah kekhalifahan dipimpin oleh Umar bin Abdul Aziz. Wallahua’lam bisshawab.